CINTA ANUGERAH TERINDAH DARI ALLAH
Saturday, February 18, 2012 | 5:20 PM | 0 Talking ♥
Semua orang punya rasa cinta. Tapi tidak semua bisa menempatkan secara benar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) suatu saat ingin menolong seorang suami yang bermasalah dengan isterinya. Suami itu bernama Mughits, seorang budak berkulit hitam milik Bani Al-Mughirah. Sedang isterinya, Barirah, seorang budak milik Bani Hilal. Ketika itu Barirah dimerdekakan oleh majikannya, sementara Mughits belum.
Karena perbedaan status sosial itu, Barirah memilih berpisah dengan suaminya. Namun, perpisahan itu membuat Mughits sangat sedih. Dengan berlinang air mata, ia memohon kerelaan isterinya untuk tetap hidup bersamanya.
Kejadian itu diperhatikan oleh Rasulullah SAW dan berkata kepada pamannya, Abbas Radhiyallahu ‘anhu (RA), “Wahai paman, tidakkah engkau merasa takjub dengan rasa cinta Mughits pada Barirah dan rasa benci Barirah terhadap Mughits?”
Kemudian beliau berkata pada Barirah, ”Seandainya engkau kembali kepada Mughits?”
Barirah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?”
“Tidak,” kata Rasulullah SAW, “Akan tetapi aku hanya ingin menolongnya.”
“Aku tidak membutuhkannya,” jawab Barirah.
Cinta, Anugerah Ilahi
Cinta adalah rasa yang terdalam dalam diri manusia. Ia hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan Allah SWT yang menggenggam hati manusia. Beragam cara yang dilakukan manusia untuk merebut cinta dari sang pujaan hati. Cinta itu akan sia-sia bila rasa cinta belum dianugerahkan kepada si dia untuk kita miliki.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan tentram kepadanya. Dan Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
”Cinta Sesungguhnya
Cinta yang senantiasa terpelihara mesra dengan pasangan kita adalah anugerah yang terindah. Namun, hendaknya kita bisa menempatkan cinta itu pada tempat yang semestinya. Jangan sampai cinta pada belahan hati melupakan cinta yang seharusnya lebih kita utamakan, yaitu cinta kepada yang mempunyai cinta, Allah SWT. Tidak sedikit manusia yang lalai atau terjerumus karena cinta. Cinta kepada manusia tidak akan berlangsung lama. Maka cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang abadi.